Senin, 28 Januari 2019

Selamat datang 2019

Hai, apa kabar?

Semoga semua mimpi masih terawat dengan baik, ya. Begitu pun dengan ku. 

Lama tak menyapa terkadang menjadi penghalang untuk tetap bisa setia bersama, walau hanya dengan memulai dari sebuah kata. Aku merasakannya, sungguh. Bahkan, menuliskan kata 'hai' di baris pertama itu masih terasa berat jika tidak tekat yang kemudian menakhlukkan semuanya. 

Kali ini mungkin aku hanya sekedar menyapa, memberikan signal positif bahwa kehidupan dalam deretan tinta yang tak tergores ini masih berjalan. Dan sesungguhnya hatiku pun merindukan, sangat!

Baris pertama yang menjadi pembuka itu, bukan hanya sekedar sapaan basa-basi belaka. Ini adalah permulaan yang baik, untuk menemukan kembali segala hal yang pernah terhenti. Dan aku tahu, memulainya harus dengan sesuatu yang bisa menumbuhkan rindu. Kamu. Ya, apa kabar kamu?

Awal tahun sepertinya kerap kali menjadi momentum terbaik untuk merancang kembali mimpi. Entah melakukan segala list yang belum terealisasi, atau pun kembali menyusun mimpi dikemudian hari. Yang jauh lebih penting bagi si perawat mimpi adalah segala yang telah diangkankan akan menjadi nyata di depan mata hingga saatnya tiba. Sepakat, kan?

Kabar baiknya, bulan pertama di tahun baru ini sudah hampir terpenuhi semuanya. Hanya dalam hitungan hari, pergantian bulan akan segera kita temui kembali. Sama seperti yang kita rasakan di tahun-tahun sebelumnya. Januari menuju Februari jugalah waktu yang tepat untuk memeriksa mimpi. Sudah seberapa jauh langkah kita untuk menjadikan mimpi-mimpi itu nyata. 

Semoga deretan yang tertuliskan di awal tahun ini sudah ada banyak hal yang terdeteksi menjadi realita, ya! Percayakan pada kekuatan yang ada pada diri kita. Jika kita bisa memimpikannya, yakin dan percayalah bahwa Tuhan akan menjadikan semuanya menjadi nyata. 

Mari, berjuang!


Jumat, 14 Oktober 2016

Penggalan cerita harian #1

Pagi hari, Yogyakarta masih diliputi cuaca yang cukup membuat menggigil. Tetapi bagaimanapun Yogya, tetap saja istimewa. Seperti biasanya, pagi hari adalah rutinitas wajib untuk membuka jendela kamar terlebih dahulu. Kicauan burung gereja di pucuk ranting pohon depan rumah masih saja menghiasi pemandangan kala pagi hari. Suaranya yang kecil dan merdu, menambah nuansa syahdu. 

Tak banyak yang berbeda dari pagi-pagi biasanya. Tepat pukul 06.00, penjual sayur sebelah rumah sudah mulai disibukkan dengan pelanggan. Aku pun begitu, pagi ini memilih membeli beberapa keperluan memasak terlebih dahulu. Lalu membersihkan halaman depan dan kembali menyapa burung-burung kecil itu. Entah kenapa, sejak awal pindah rumah, burung-burung ini begitu menyita perhatian. Aku ingat betul, kala pagi dan sore hari mereka berterbangan di atas pohon besar. Tak hanya satu atau dua, banyak sekali. Seperti prajurit-prajurit kecil, berterbangan dengan rapi.

Kembali pada rutinitas akhir pekanku, berbenah rumah dan menata ulang perabot rumah. Rutin kulakukan, sedari duduk di bangku sekolah (dulu). Hingga tak jarang, saat Mama pulang dari kantor, rumah sudah dengan suasana baru. Welcome home, Ma! Teriakku kala itu. Mama tersenyum bahagia, karena seisi rumah sudah rapi tanpa sisa. Kemudian Mama melihat sudut-sudut ruangan yang sudah berganti tatanan. Dan hingga sekarang, ritual ini masih melekat erat, di rumah baru kami.

Matahari mulai masuk, melewati celah-celah menuju lorong dalam rumah. Pagi yang dingin mulai tergantikan dengan sinar matahari. Aku menuju dapur, menyiapkan sarapan pagi. Segelas susu dan roti, selalu menjadi pilihan menu yang sampai sekarang tak tergantikan. Teguk demi tegukan, sambil melihat to-do-list yang telah kutuliskan semalam. 

Oke, saatnya merealisasikan. Do your best!

Morning :)


Senin, 18 April 2016

Belajar, mengisi dan memberi

Mendidik tak hanya soal niat, tetapi juga meluruskan niat
Bukan perkara letak, bukan juga perkara jarak
Mendididk, bukan juga kerena apa, tetapi untuk siapa
Setiap anak adalah generasi penerus bangsa
Tak pandang ras, suku, maupun agama
Mereka semua berhak untuk cerdas
Mereka punya hak untuk memimpin, melanjutkan mimpi dan angan menjadi kenyataan

Tugas seorang pendidik, bukan menjadikan mereka pintar
Tetapi memberikan pendidikan
Melaksanakan kewajiban untuk melanjutkan rantai pengetahuan
Bahwa, berada di depan bukan jaminan yang terdepan
Kami semua sama, tak pandang dosen maupun mahasiswa
Sama-sama belajar, saling mengisi dan memberi

Semangat belajar mereka mengagumkan
Proses belajar mengajar dan diskusi pun Alhamdulillah selalu berjalan lancar
Ya, walau tak jarang, satu diantara mereka sering bertingkah menggelikan
Tetapi tak mengapa, begitu lah proses belajar, penuh dengan keaneragaman

Terimakasih, dari kalian, Ibu banyak memetik pelajaran

Putri Demi Aridi,
Pembelajar amatiran yang tak akan henti belajar
Dan akan terus belajar