Selasa, 26 Agustus 2014

Kutitipkan rinduku pada hembusan angin malam

Angin malam boleh saja merasuk dalam tulang dan membekukan sel-sel di dalam sana, tetapi lantunan indah atas segala puji untuk Nya selalu memberikan sentuhan hangat yang tak tertandingkan. Aku bersyukur terlahirkan menjadi seorang muslim. Aku bersyukur berada dalam keluarga yang mengerti bagaimana berperan menjadi manusia yang selalu berucap syukur dalam setiap hembusan nafas ini. Dan aku sangat teramat bersyukur terlahirkan dari kedua orang tua yang luar biasa memberikan kehangatan dan keharmonisan yang tak ternilai harganya.
Malam yang begitu dingin ini membawaku pada sebuah lamunan beberapa tahun silam. Dan memory ku berpadu dengan dinginnya malam. Aku rindu dinginnya malam dirumah, aku rindu berebut selimut dengan si bungsu. Dan aku merindukan pelukan hangat dan dekapan penuh sayang beliau yang melahirkanku dengan taruhan nyawa dan segala cintanya. Malam ini, kutitipkan doa dan lantunan ayat suci untuk beliau yang teramat sangat kusayangi sepenuh hati. Jaga beliau Tuhan, aku tak dapat memeluk beliau setiap saat. Dan aku tau seberapapun usaha ku untuk memberikan rasa sayangku pada beliau tak akan pernah menggantikan kasih sayangnya untuk ku dan adik-adik ku. Tetapi dari hatiku terdalam, aku hanya ingin membahagiakan beliau. Tak ada yang dapat kulakukan selain berdoa dan mengharapkan ridho-Mu untuk aku berada pada fase seorang anak yang membuat kedua orangtua ku menangis karena bangga atas segala usahaku. Perkenankan aku mempersembahkan yang terbaik, Tuhan.