Kamis, 28 Mei 2015

Bersyukur, setiap saat, setiap waktu

Kamu tau apa itu syukur?

Oh, tidak. Sungguh tak se-simpel itu. Jika syukur hanya diartikan dengan selalu mengucap hamdalah ketika menerima apa yang kita inginkan. Lalu dimana letak syukur dengan apa yang belum kita dapatkan?

Bagi kita, syukur adalah tak hanya sekedar ucapan bukan? Menerima dengan senang apa yang telah menjadi doa selama ini kemudian Allah mengijabah segala doa kita. Ya, tentu-lah kita bersyukur dan sangat teramat bersyukur. Tetapi terlepas dari itu, terkadang kita pun mendapatkan hal-hal yang tidak ada dalam lantunan doa-doa kita. Lalu, masih tetap bersyukur-kah kita?

Pada dasarnya, manusia memiliki segalanya. Hanya saja yang menjadi pembeda adalah, ketika tak memiliki rasa syukur itu sendiri. Selalu sibuk membandingkan dengan apa yang terlihat lebih. Tak menemukan kenikmatan, dan selalu melihat kesempurnaan pada lawan.

Jika hal tersebut terus menerus tertanam dalam hati, lalu apa yang terjadi? Bagaimana Tuhan menambah nikmat Nya ketika kita selalu tak ingin terlihat kalah? Bagaimana Tuhan memberi lebih, jika lisan ini selalu menerima dengan merintih?

Mari bersama memperbaiki diri, meluruskan hati. Bahwa apa yang kita terima di hari ini adalah karunia terindah dari Nya. Segala yang kita dapatkan hari ini, saat ini, adalah bentuk dari kasih sayang Nya untuk kita. Tak ada satu pun yang kita dapatkan kecuali itu adalah yang terbaik untuk kita, dimasa kini, maupun untuk masa yang akan datang.



So, sudah-kah bersyukur hari ini?

Selasa, 19 Mei 2015

Special lettering

Ia, Adelia Devita Sari.

Kami berteman cukup lama, sejak masa kuliah dulu. Tapi tak sedekat ini. Sebatas saling tegur sapa saat bertemu, berbincang seputar perkuliahan, dan hanya itu. 

Dua hari yang lalu, ia berkunjung ke Jogja. Kami terlibat dalam satu target bisnis, dan bekerjasama dalam sebuah keinginan besar untuk mendobrak dunia fashion. Saling bertukar pendapat, berbagi ide, dan ya lagi-lagi obrolan demi obrolan membawa kami pada "curhat colongan". Begitu lah wanita, bukan. 

Adel, kerap bercerita tentang banyak hal yang ia alami. Mulai dari perbincangan seputar kantor, lingkungan Bali dengan segala adat dan budaya yang baru, tugas keluar kota dengan segala rutinitasnya, hingga soal asmara. 

Dulu, aku mengenalnya dengan typical wanita salihah yang dingin dan tak empan dengan bujuk rayu pria. Konsisten pada prinsipnya, dan satu lagi mahasiswi lembaga dakwah kampus yang salihah. Itu!
Tapi, ada hal yang berbeda dengan Adel yang sekarang. Ia tak sedingin saat kuliah dulu. Persahabatan kami membawa obrolan pribadi, hingga saat itu ia menceritakan satu hal yang sungguh tak kuduga. Adel jatuh cinta!

Perkara cinta untuk umuran kami memang bukan hal yang tabu lagi. Bahkan lebih jauh dari sekedar cinta, menginjak usia 23 tahun 24 tahun 25 tahun perbincangan seputar jodoh layaknya kopi di pagi hari. Bagaikan ritual upacara senin saat sekolah, dan seperti konsumsi obat tiga kali sehari. Haha, lupakan.

Well, Adel yang sekarang saatnya menentukan pilihan. Tetapi, lagi-lagi manusia terkadang terperangkap dengan logikanya sendiri. Menerka dan menerawang jauh kedepan, yang sebeneranya itu semua hanya ilusi belaka. Jodoh, sampai kapanpun tak akan dapat di-teori-kan. Karena Sang Maha Mengatur lah yang nanti akan membimbing jalan kita bertemu dengannya, partner perjalanan hidup hingga menuju jannah Nya. Insyaallah.

Tak perlu contoh yang jauh, persahabatan kami ini bukan hal yang direncakan, bukan pula hak yang terpikirkan sebelumnya. Dulu, kami berada di kota yang sama, kampus yang sama, hingga tempat tinggal yang begitu berdekatan. Tetapi apa? Sekalipun kami bercerita panjang lebar, berdiskusi tentang kehidupan atau bahkan curhat masalah pribadi, tak pernah kami lakukan. Sekalipun!

Tetapi, saat ini, kami di kota yang berbeda, dengan budaya yang berbeda, waktu yang berbeda, kesibukan yang berbeda dan dengan setumpuk perbedaan yang ada. Tapi Tuhan mengatur kami untuk bertemu, bersahabat, dekat dan memahami satu sama lain. 

Dan semua ini hanya waktu yang mengerti, ia yang akan membawa logika kita nanti pada akhirnya akan tersadarkan bahwa kehidupan adalah bukan tentang apa saja yang kita inginkan. Tetapi kehidupan adalah tentang apa yang terbaik untuk kita, dan kapan waktu yang tepat untuk kita dapatkan.

Sahabatku Adel, tetap jadilah wanita tangguh seperti yang aku kenal dulu. Percayakan segala nya pada Yang Maha Pengatur, karena nanti akan ada waktu terbaik untukmu bertemu dengan nya bukan? Kita hanya perlu sedikit menekan ego, menepis segala praduga dan menghalau keinginan sesaat. Ada seseorang yang menunggumu, nanti. Diwaktu yang tepat.

Kita wanita istimewa, bukan :) 

Jumat, 08 Mei 2015

Karena DIA selalu ada

Malam ini, begitu syahdu bukan?

Sekalipun tak terdengar rintik hujan, tapi terasa tenang daman nyaman. Bukan karena akhir pekan, sekali lagi bukan. Karena aku merasa banyak pelajaran yang kupetik dari skenario Nya. 

Tentang hati?

Bukan, lagi-lagi bukan. Perjalan  hidup yang mengantarkan satu hikmah ke hikmah lainnya tak membuat gusar dengan peraduan hati. Dia tak pernah berdusta. Yang saat ini kupercaya, adalah, bahwa memantaskan diri tak mengenal pamrih. Ikhlas, hanya karena kecintaan pada Nya.

Bukan begitu?

Ya, tepat. Terkadang, kita terlalu cepat berkata tanpa berfikir lebih dalam bahwa segala perkara adalah bermula dari kata. Tuhan menguji kita karena yang tak bertulang itu. Berhati-hati lah.
Tetapi, setiap yang terjadi selalu berakhir dengan kata mengerti. Kini aku "mengerti" bahwa yang terbaik tak selalu datang dari apa yang kita inginkan. Kini aku "mengerti" bahwa belajar tak hanya dengan rumus akuntansi. Dan kini aku "mengerti" bahwa selalu tersimpan keindahan jika kita melihat dari sisi indah kita.

Masih belum mengerti?

Aku pun. 

Karena kita berproses pada jalur hikmah yang berbeda. Pada titik pendewasaan dan kematangan yang tak seragam. Hanya satu hal yang membuat kita sama, kita sama-sama dipersatukan pada hati yang tertuju pada Nya. Karena Dia, selalu ada dimanapun kita berada.