Rabu, 30 September 2015

Berbeda? Tak mengapa!

Jadi, manusia seharusnya bergerak menuju satu cahaya yang sama? Ya, tentu tak mengapa, jika, cahaya yang dituju adalah untuk meraih sentuhan Sang Maha. Jika yang lain? Hanya mengais gemerlapnya dunia? Aku memilih berbeda

Kehidupan memang bermata dua. Suka dan tidak suka, pro dan kontra, menjadi perihal yang tak pernah kandas pada diri manusia. Yang suka menunjukan dengan keikutsertaannya, yang tak suka memaki dengan segala amarahnya.

Ah, manusia, memang selalu menjadi makhluk terkompleks yang pernah ada.

Namun yang jelas, perkara berbeda, aku memilih untuk menghargai sesama. Karena kita berjalan pada langkah yang tak seirama, kita pun dilahirkan dengan metode yang berbeda. Bahkan, kita mengenyam  latar  belakang pendidikan yang tak seragam. Jika pun bertittle sepadan, lagi-lagi kita ditempa pada proses yang berbeda. Aku dan kamu, serta kalian, memang kita berbeda.

Jadi, kita tak pernah sama? Ya, tak mengapa. Perbedaan-lah yang pada akhirnya menyadarkan kita, bahwa manusia tak bisa disamaratakan. Itu-lah mengapa, dari yang berbeda aku menemukan cinta.

With LOVE. With RESPECT
We are different, why not?

Minggu, 27 September 2015

Berhenti menyalahkan Tuhan dan membandingkan pemberian Nya

Seringkali, kita mendengar keluhan dalam doa kita. Bahwa Tuhan tak adil dalam memberikan apa yang kita pinta. Kemudian hati mulai diracuni oleh logika yang terkadang jauh dari kata logis. Membandingkan apa yang kita terima dengan apa yang diterima oleh orang lain. Kemudian muncul rasa ketidak adilan Tuhan, Tuhan tak adil dalam mengabulkan doa. Begitu seterusnya, penuh dengan perbandingkan.

Tuhan selalu menjadi sorotan atas rasa ketidak adilan yang kita terima. Tanpa ada rasa bersalah dan menyesal. Terus saja seperti ini. Hingga ketika Tuhan membuka jalan yang kita inginkan, memberikan cahaya pada pilihan Nya, barulah kita tersadar bahwa segala yang Dia berikan adalah yang terbaik untuk kita, tak tertandingi.

Begitulah manusia, yang katanya adalah makhluk paling sempurna diantara makhluk lainnya. Yang diberikan akal yang sempurna dan Tuhan titipkan hati untuk meluruskan fikirannya. Tetapi lagi-lagi, makhluk paling sempurna ini kerap melukai penciptanya. Selalu penuh dengan prasangka bahwa apa yang ia terima adalah ketidak adilan Tuhan padanya. Padahal, mata yang Dia berikan, bukan untuk membandingkan, telinga yang Dia pasangkan, bukan untuk mencuri kebahagiaan. Tuhan selalu adil dalam memberikan apa yang kita inginkan. Teramat adil.

Kita lah, yang katanya makhluk paling sempurna ini yang tak tahu diri. Melihat kebahagiaan orang lain, lalu mulai membandingkan dengan apa yang menjadi kebahagiaan diri kita. Lalu muncul ketidakadilan itu. Muncul rasa tak terima dengan apa yang oranglain terima. Padahal, kita tak pernah tahu, dalam lelap kita, mereka yang berbahagia selalu terbangun dan berdoa pada Nya. Dalam selimut kita, mereka yang berbahagia terbangun dan bermunajat pada Nya. Dan saat kita terlalu disibukkan dengan perkara dunia, mereka yang berbahagia selalu menjumpai penciptanya tepat pada waktu Nya.

Kemudian, Tuhan selalu melapangkan segala hajatnya. Memberi kemudahan disetiap langkahnya. Dan kita masih pada prasangka tidak terima dalam ketidakadilan kita. Dimana letak ketidakadilan Tuhan?

Manusia, yang katanya jauh lebih mulia dibanding makhluk lainnya, masih merasakan ketidak adilan Nya. Dimana letak ketidakadilan Tuhan?

Kita yang selalu menunda ketika panggilanNya tiba, dan lebih mengutamakan apa yang ada di depan mata, menyampingkan perkara yang sudah jelas menjanjikan karunia, masih merasa bahwa Tuhan tak adil dengan hamba Nya. Dimana letak ketidakadilan Tuhan?

Manusia, yang katanya makhluk paling sempurna, kita yang sebenarnya tak adil dengan dirikita, bahkan mungkin juga pada Sang Maha Pencipta. Dekati Dia dengan segala waktu yang kita punya. Janji Nya tak pernah ingkar. Tuhan selalu menjumpai kita pada doa tertinggi kita. Kapanpun, dimanapun. Tuhan tak pernah tak adil.

Kita, yang perlu mengadili diri kita. Dan berhenti membandingkan pemberian Nya. Karena Dia, memberi sesuai dengan prasangka hamba Nya. Dan karena sampai kapan pun, proses tak akan pernah menghianati hasil. Dia selalu menjumpai dalam doa dan proses kita. Trust me!