Rabu, 26 Maret 2014

Si manis nan cerdas, DENISA

Sekitar dua atau tiga tahun yang lalu. Saat ia masih menikmati masa-masa bermain, penuh canda dan tawa. Belum ada teriakan untuk segera mengerjakan tugas sekolah ataupun belajar untuk persiapan ujian. Namanya DENISA, seorang anak cerdas dan selalu ingin tahu. Tak ada aliran darah setetes pun memang antara aku dengan nya. Tapi kedekatan kita berdua layaknya kakak dan adik tanpa sekat, atau mungkin lebih dari itu. DENISA anak pertama bapak kost, dimana tempatku beristirahat dan melepas penat sejak awal memasuki kota pelajar ini hingga saat ini. Ruangan berukuran 4,5x3 itu memberikan kenyamanan yang luar biasa, selalu memberi inspirasi tersendiri.

Foto itu, tiga tahun yang lalu. Kala DENISA masih sering mengetuk pintu kamarku dan memanggil-manggil namaku seakan kita layaknya teman bermain sebaya. Tak jarang ia menugguku di balkon depan kamar hingga pulang kuliah. Teramat dekat memang. Ketika adzan terdengar, ia dengan lantang mengajak ku untuk segera mengambil wudhu dan sholat berjamaah berdua, hanya aku dan DENISA. Entah karena ia ingin bermain air, atau memang Tuhan memberikan kepekaan rohani padanya. Dikala sholat, ia terkadang mengikutiku komat-kamit membaca doa. Dan bersyukurnya, ia hafal surat-surat pendek dengan gerakan sholat yang pantas diacungi jempol untuk anak seusianya. Menjadi rutinitas kami berdua saat itu, jika selesai sholat kami membaca ayat suci Al-Quran. Tanpa kuminta dan tanpa aba-aba apapun dariku, dengan sigap ia segera mengambil Al-Quran dan Iqra’ dari atas meja belajar. “Yang ini buat mbak putri” ia memberiku Al-Quran bersampul ungu kebiruan itu. Kubalas dengan senyum dan kita mulai mengaji. Disanalah aku merasakan betapa Tuhan tak pernah melewatkan setitik bagian terkecil dari kehidupan. Termasuk anugrah yang luar biasa tak terkira, yaitu seorang anak. Betapa bahagianya ketika Tuhan memberi kepercayaan untuk satu hal ini. Dan betapa bersyukurnya kita dilahirkan dari orang tua yang tak lelah mendidik dan membesarkan kita. Sudah, hentikan, cukup sampai disini saja, pembahasan orang tua dan anak selalu berakhir pada butiran air mata. Seolah tak ada yang dapat menggantikan kasih sayang mereka, sungguh tak akan pernah ada.

Kembali pada cerita DENISA. Ia sekarang tumbuh menjadi anak yang pintar. Waktu bermain dan mengunjungi ruangan penuh inspirasi itu sudah jarang ia dapatkan. Kenaikan level pendidikan membuatnya harus belajar akan tanggung jawab. Dan ia berhasil melewati tanggung jawab itu dengan predikat sangat memuaskan. Di Sekolah Dasar tempat ia bersekolah saat ini, tak pernah sekalipun terlewatkan dari peringkat pertama. Bangga, tak ada kata lain.  DENISA, ia pun berhasil mengemas cerita tiga tahun lalu itu menjadi sebuah kenangan manis. DENISA, ia bocah pilihan Tuhan.

Minggu, 23 Maret 2014

Senin penuh berkah


Hari senin yang indah dan damai, suasana kantor masih terlihat tenang dan belum ada aktivitas apapun kecuali beberapa OB yang mondar-mandir membersihkan ruangan. Membuka perlahan pintu di ruangan paling ujung itu dan tak lupa mengucap salam. Masih begitu hening dan tak ada hembusan nafas. Beberapa file masih tertata rapi seperti terkahir aku meninggalkan ruangan ini jumat sore lalu. Mencoba merapikan tumpukan kertas dan folder hingga bermunculan beberapa suara. Baru tersadar ternyata pagi ini pertama datang. Bukan karena efek semangat awal kerja, sekali lagi bukan. Hanya berusaha membiasakan diri untuk disiplin dalam segala hal. Dan insyaallah ketepatan waktu ini akan terjaga hingga tak terbatas waktu. Semoga. 



Tepat jam 08.15 waktu Indonesia bagian barat. Suara keyboard beradu dengan jemari mulai terdengar semakin lantang dari ruang sebelah. Aku mencoba menengok dan memberikan salam serta senyum ketulusan. Tak ada yang dibuat dari senyum itu, hanya mungkin sebuah senyum penuh harap agar dihari kedepan seisi gedung ini tak hanya menjadi partner kerja, tetapi menjadi sebuah keluarga. Menurutku bekerja tak hanya semata karena finansial, banyak poin penting di luar faktor keuangan yang bahkan memiliki nilai jauh lebih besar. Layaknya pengalaman, link, wawasan baru, bahkan mungkin jodoh. Ah, jangan hiraukan kata terakhir dalam kalimat sebelum ini. Itu hanya sebuah intermezo pagi.
Pagi ini begitu cerah, Tuhan menyisipkan kebahagiaan lain pada senin yang penuh berkah ini. Mungkin semua orang dapat merasakan duduk di kursi empuk, ruang berAC, secangkir kopi hangat dengan aroma yang khas, atau bahkan mungkin hidangan yang lezat untuk mengawali pagi. Tapi tak ada jaminan bahwa setiap orang yang merasakan kenikmatan tersebut juga memiliki rasa syukur yang sama. Karena sejatinya ketenangan hakiki adalah ketika kita mampu bersyukur atas segala nikmat yang Tuhan berikan dari ketika kita terbangun hingga kita memejamkan mata untuk terlelap kembali. Selamat pagi penikmat syukur.

Jumat, 21 Maret 2014

Kapas putih itu, kusebut awan kebebasan :)

Pagi ini sayup-sayup suara burung kecil terdengar begitu merdu dari luar jendela kamar. Aku terbangun dan mencoba mencari buku yang terselip di bawah bantal karena tak sempat memindahkannya ke meja. Masih terasa atmosfer berbunga-bunga karena efek novel semalam. Entah terlalu perasa atau terlalu dalam memasuki dunia peran dalam novel itu, seolah menjadi nyata dan terasa di dalam sana. Ya, di dalam hati yang begitu sempurna Tuhan menitipkan karunia-Nya. 

Mencoba keluar kamar dan menikmati udara segar di balkon depan kamar. Begitulah kebiasaan yang tak tertinggal di setiap pagi datang. Awan cantik itu kembali tersenyum, setiap pagi ia tak henti memberikan ketulusannya. Dan mulai aku mencoba bernostalgia dengannya, kuambil kapas putih itu dan kusisipkan harapan disana. Kugenggam erat dan hingga akhirnya kutiupkan untuk menjemput kumpulan awan putih lainnya. Ah, begitu merindukan pagi seperti ini, hanya ada aku dan awan putih itu. Ia mulai berterbangan dan menemukan kebebasan dalam dunianya. Hingga mungkin disuatu tempat ia akan berhenti dan bersandar sejenak untuk menemukan kenyamanan. Bawa harapan itu menuju dia yang mengerti bahwa kamu tak hanya sekedar kapas putih, tetapi dia yang melihat ketulusanmu. Selamat pagi kapas putih.