Seringkali, kita mendengar keluhan dalam doa kita. Bahwa Tuhan tak
adil dalam memberikan apa yang kita pinta. Kemudian hati mulai diracuni oleh
logika yang terkadang jauh dari kata logis. Membandingkan apa yang kita terima
dengan apa yang diterima oleh orang lain. Kemudian muncul rasa ketidak adilan
Tuhan, Tuhan tak adil dalam mengabulkan doa. Begitu seterusnya, penuh dengan
perbandingkan.
Tuhan selalu menjadi sorotan atas rasa ketidak adilan yang kita
terima. Tanpa ada rasa bersalah dan menyesal. Terus saja seperti ini. Hingga
ketika Tuhan membuka jalan yang kita inginkan, memberikan cahaya pada pilihan
Nya, barulah kita tersadar bahwa segala yang Dia berikan adalah yang terbaik
untuk kita, tak tertandingi.
Begitulah manusia, yang katanya adalah makhluk paling sempurna
diantara makhluk lainnya. Yang diberikan akal yang sempurna dan Tuhan titipkan
hati untuk meluruskan fikirannya. Tetapi lagi-lagi, makhluk paling sempurna ini
kerap melukai penciptanya. Selalu penuh dengan prasangka bahwa apa yang ia
terima adalah ketidak adilan Tuhan padanya. Padahal, mata yang Dia berikan,
bukan untuk membandingkan, telinga yang Dia pasangkan, bukan untuk mencuri
kebahagiaan. Tuhan selalu adil dalam memberikan apa yang kita inginkan. Teramat
adil.
Kita lah, yang katanya makhluk paling sempurna ini yang tak tahu
diri. Melihat kebahagiaan orang lain, lalu mulai membandingkan dengan apa yang
menjadi kebahagiaan diri kita. Lalu muncul ketidakadilan itu. Muncul rasa tak
terima dengan apa yang oranglain terima. Padahal, kita tak pernah tahu, dalam
lelap kita, mereka yang berbahagia selalu terbangun dan berdoa pada Nya. Dalam
selimut kita, mereka yang berbahagia terbangun dan bermunajat pada Nya. Dan
saat kita terlalu disibukkan dengan perkara dunia, mereka yang berbahagia
selalu menjumpai penciptanya tepat pada waktu Nya.
Kemudian, Tuhan selalu melapangkan segala hajatnya. Memberi
kemudahan disetiap langkahnya. Dan kita masih pada prasangka tidak terima dalam
ketidakadilan kita. Dimana letak ketidakadilan Tuhan?
Manusia, yang katanya jauh lebih mulia dibanding makhluk lainnya,
masih merasakan ketidak adilan Nya. Dimana letak ketidakadilan Tuhan?
Kita yang selalu menunda ketika panggilanNya tiba, dan lebih
mengutamakan apa yang ada di depan mata, menyampingkan perkara yang sudah jelas
menjanjikan karunia, masih merasa bahwa Tuhan tak adil dengan hamba Nya. Dimana
letak ketidakadilan Tuhan?
Manusia, yang katanya makhluk paling sempurna, kita yang
sebenarnya tak adil dengan dirikita, bahkan mungkin juga pada Sang Maha
Pencipta. Dekati Dia dengan segala waktu yang kita punya. Janji Nya tak pernah
ingkar. Tuhan selalu menjumpai kita pada doa tertinggi kita. Kapanpun,
dimanapun. Tuhan tak pernah tak adil.
Kita, yang perlu mengadili diri kita. Dan berhenti membandingkan
pemberian Nya. Karena Dia, memberi sesuai dengan prasangka hamba Nya. Dan karena sampai kapan pun, proses tak akan pernah menghianati hasil. Dia selalu menjumpai dalam doa dan proses kita. Trust me!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar