Papa.
Dari beliau
aku banyak belajar dan mengenal arti hidup. Dari beliau aku mengerti bahwa
segala tindak tanduk manusia adalah cerminan dari hatinya, bahwa yang baik akan
selalu menuai kebaikan pula kelak dikemudian hari. Bahwa hidup adalah proses
mencari jati diri dan menemukan sandaran hati. Kepada siapa lagi hati ini kita
sandarkan jika bukan pada Nya? Tuhan pemilik alam semesta dengan segala
kesempurnaan Nya.
Papa tak pernah
berhenti berpesan untuk kami bertiga, menjadi wanita solehah, anak yang baik,
taat pada agama, menghormati orangtua, menyayangi sesama, berlaku adil, tidak
pilih kasih, berhati lembut, berkata sopan, berjuang demi kebenaran, belajar
belajar dan belajar. Sosok yang begitu sabar, selalu memberikan kedamaian, tak
pernah membentak, meneduhkan disetiap pesan dan petuah.
Satu pesan papa
yang selalu terekam pada ingatan kami. Kelak ketika beranjak dewasa, bekerja
dan berkeluarga, harapan besar papa adalah kami bertiga menjadi manusia yang bermanfaat untuk sesama. Menjadi wanita berprinsip, cerdas, beretika, kreatif dan menginspirasi. Menjadi wanita kebanggan papa.
Papa. Bukan tipe
ayah romantis. Mungkin bisa dihitung dengan jari kami mendapat pelukan hangat
beliau. Mungkin juga tak pernah papa mengucap sayang untuk kami bertiga. Tetapi
papa, punya cara yang berbeda. Pelukan erat papa melalui doa beliau, ucapan
sayang beliau melalui perhatian dan pemberian terbaik beliau untuk kami
bertiga.
Papa. Beliau lebih
mengerti apa yang kami butuhkan. Beliau selalu memberikan yang terbaik untuk
mama, dan kami bertiga. Papa, sosok panutan
yang tak tergantikan.
Selamat hari ayah,
papa kami tersayang. You’re my superhero my superstar my everything. We love
you, pa!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar