Sabtu, 06 Juni 2015

Karena berani kotor itu, Baik







Dunia anak-anak adalah dunia paling menyenangkan, penuh dengan keceriaan, kreatifitas dan dipenuhi oleh rasa ingin tahu yang besar. Tak banyak dari polah tingkah si kecil yang memunculkan tawa dan senyum lepas pada orang tua. 

Beberapa waktu lalu, pemandangan seperti ini membawa saya merasakan kembali di masa kecil dulu. Bebas berlari berkejaran, sesekali hiperaktif untuk mencuri perhatian dan ya begitulah. Sungguh masa yang menyita waktu banyak untuk bermain bermain dan bermain. 

Tetapi mungkin, kebebasan ini tak di dapat oleh si kecil di depan saya kala itu. Dia tak bebas berekpresi, tak leluasa berkembang dan tak selincah teman-teman seusianya. Bukan karena dia memiliki keterbatasan fisik maupun mental, sama sekali tidak. Bahkan ia terlihat cantik, cerdas dan penuh antusias. Begitu membanggakan si kecil ini. 

Tetapi, satu hal yang mengekang gerak lincahnya. Kebersihan (mungkin). Anak seusia mereka memang tak dapat menjaga kebersihan dengan baik, karena memang begitulah dunia mereka, penuh dengan eksplorasi dan kotor sana kotor sini. 

Seorang ibu muda cantik, berdiri sekitar satu meter dari si kecil ini. Tentu saja beliau adalah ibunya. Beberapa menit pertama saya mencoba mencuri pandang, dia tersenyum khas sekali senyum seorang anak tanpa dosa. Ia begitu lucu, cantik dan menggemaskan. Saat itu, dia berada beberapa meter dari anak-anak yang bermain (entah apa nama permainan itu) dan mereka berlari berkejaran, sembari menunggu jemputan mereka bermain tanah. Terlihat kotor memang, baju putih mereka pun mulai berubah kecoklatan. Bisa jadi sesampainya dirumah mereka akan disidang oleh orangtua nya. Tetapi, bisa jadi juga sang orangtua tidak mempermasalahkan hal ini. Toh, baju yang kotor bisa kembali bersih, bukan? Tetapi pengalaman bermain bersama teman-teman nya hari ini, mungkin tak dapat mereka ulang untuk keesokan hari.

Lagi-lagi dunia anak kecil selalu menyita perhatian lebih. Beberapa orangtua terkadang memang terlalu mengkhawatirkan kesehatan sehingga muncul lah "overprotectif" terhadap anak. Bahwa kotor adalah hal yang harus dijauhi, bahwa kotor adalah sumber dari penyakit dan kotor adalah satu hal tak ada yang dapat diambil hikmahnya. Namun, bukan berarti juga membebaskan seorang anak untuk kotor tanpa batas. Selama dalam pengawasan dan kotor tersebut mampu menjadi media belajar, bereksplorasi dan berkembang. Mengapa tidak?

Rasanya, anak-anak era kini sangat cerdas untuk menerima informasi. Mungkin cukup dengan membekali nasehat, bahwa mencuci tangan adalah hal yang wajib dilakukan setelah bermain diluar, misalnya. 

Sungguh menyiksa hati, jika melihat seorang anak kecil yang hanya bisa berdiri melihat kawan-kawan nya berkejaran kesana-kemari, padahal ia ingin sekali bergabung, merasakan lincahnya dunia anak. Padahal, ada banyak potensi yang bisa digali dari sana. Tak ada yang tahu bukan, jika sebenarnya Tuhan memberi kelebihan dalam berlari sehingga kelak ia akan menjadi pelari Nasional atau bahkan Manca Negara. 

Karena belajar, tak hanya di bangku sekolah dengan buku pena dan kertas. Belajar adalah proses memahami segala yang menjadi pertanyaan si kecil, termasuk belajar bahwa terkadang kotor itu, baik :)

Tidak ada komentar: