Berdiskusi
dengan sahabat memang selalu memberikan efek "nagih". Tak jarang hanya
berawal dari obrolan santai menjadi diskusi berkualitas. Dan tak dipungkiri,
menginjak usia menuju lembaran baru, obrolan terhangat adalah seputar calon
imam, rumah tangga dan mendidik anak serta proses memantaskan diri
tentunya.
Topik
diskusi kali ini adalah peran wanita dalam keluarga. Wanita memiliki peran yang
begitu besar dalam menjalankan poros kehidupan. Betapa tidak, dari mengawali
hari harus mempersiapkan segala yang menjadi kebutuhan suami dan anak-anak
hingga tanggung jawab lainnya. Lalu yang menjadi pertanyaan adalah mana yang
lebih baik menjadi wanita karir kah atau meluangkan segala waktu dan tenaga
dirumah sebagai ibu rumah tangga?
Seringkali
keputusan untuk menjadi wanita karir atau ibu rumah tangga dipengaruhi oleh
kebudayaan yang menjadi adat. Memposisikan bahwa seorang wanita menjadi bad wife and mother ketika memilih berkarir. Padahal
begitu mulia jika seorang wanita memutuskan untuk membantu finansial rumah
tangganya. Tetapi jangan pernah merasa bahwa peran ibu rumah tangga tak pernah
punya nilai kebih dibanding dengan wanita karir. Terkadang manusia memang
cenderung melihat orang lain dengan kacamata duniawi, melihat dari apa yang
hanya terlihat dan berkeinginan melakoni peran orang lain dalam kehidupan ini.
Walaupun sebenarnya tak jarang para wanita karir dengan segudang aktifitas
perkantorannya pun menginginkan menjadi ibu rumah tangga. Mengikuti tumbuh
kembang putra-putrinya atau sekedar meracik kopi hangat untuk sang suami kala pagi
hari. Menyiapkan sarapan dan berlarian mengejar waktu untuk menyelesaikan peran
lainnya.
Kami
saling menghela nafas panjang.
Peran
wanita menjadi seorang istri dan ibu dari putra-putri yang lucu serta
keseimbangan tanggung jawab dalam rumah tangga dan kantor memang tidak lah
mudah. Tapi kami tak tinggal diam, pasrah pada pola pikir ini kemudian menelan
mentah apa yang menjadi opini publik bahwa wanita karir tak akan bisa
bertanggung jawab dengan kehidupan rumah tangganya. Sebisa mungkin kami tepis rasa
"tak mampu" itu. Kami ingin menunjukan bahwa wanita yang berasal dari
tulang rusuk ini, tak berasal dari sembarang tulang. Kami berasal dari tulang
seorang imam yang tak kenal lelah, bertanggung jawab dan menjadi panutan.
Sehingga teramat malu jika kami hanya menjadi seorang wanita yang biasa saja,
Kami ingin berbeda, kami bertekad besar untuk itu. Dan yang kami yakini adalah
Pertolongan Tuhan sangatlah dekat dengan setiap hambanya yang memiliki
keinginan besar.
Saat
ini menikmati proses dari Nya dan selalu berusaha memperbaiki diri adalah
menjadi kunci utama. Jika memang komit menjadi wanita berkualitas, tunjukkan.
Mulai dengan skala prioritas dan tentunya mengkompromikan dengan sang partner
hidup kelak. Bahwa menjadi wanita karir adalah bukan berarti tak bertanggung
jawab dengan peran nya dirumah.
Suatu
saat nanti, kita akan berdiskusi kembali dan menjawab atas pertanyaan yang
menjadi topik hangat pembicaraan kita malam ini sahabat.
Selamat malam.
Selamat malam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar