Senin, 15 Desember 2014

Wanita Karir VS Ibu Rumah Tangga

Berdiskusi dengan sahabat memang selalu memberikan efek "nagih". Tak jarang hanya berawal dari obrolan santai menjadi diskusi berkualitas. Dan tak dipungkiri, menginjak usia menuju lembaran baru, obrolan terhangat adalah seputar calon imam, rumah tangga dan mendidik anak serta proses memantaskan diri tentunya. 

Topik diskusi kali ini adalah peran wanita dalam keluarga. Wanita memiliki peran yang begitu besar dalam menjalankan poros kehidupan. Betapa tidak, dari mengawali hari harus mempersiapkan segala yang menjadi kebutuhan suami dan anak-anak hingga tanggung jawab lainnya. Lalu yang menjadi pertanyaan adalah mana yang lebih baik menjadi wanita karir kah atau meluangkan segala waktu dan tenaga dirumah sebagai ibu rumah tangga?

Seringkali keputusan untuk menjadi wanita karir atau ibu rumah tangga dipengaruhi oleh kebudayaan yang menjadi adat. Memposisikan bahwa seorang wanita menjadi bad wife and mother ketika memilih berkarir. Padahal begitu mulia jika seorang wanita memutuskan untuk membantu finansial rumah tangganya. Tetapi jangan pernah merasa bahwa peran ibu rumah tangga tak pernah punya nilai kebih dibanding dengan wanita karir. Terkadang manusia memang cenderung melihat orang lain dengan kacamata duniawi, melihat dari apa yang hanya terlihat dan berkeinginan melakoni peran orang lain dalam kehidupan ini. Walaupun sebenarnya tak jarang para wanita karir dengan segudang aktifitas perkantorannya pun menginginkan menjadi ibu rumah tangga. Mengikuti tumbuh kembang putra-putrinya atau sekedar meracik kopi hangat untuk sang suami kala pagi hari. Menyiapkan sarapan dan berlarian mengejar waktu untuk menyelesaikan peran lainnya.

Kami saling menghela nafas panjang. 

Peran wanita menjadi seorang istri dan ibu dari putra-putri yang lucu serta keseimbangan tanggung jawab dalam rumah tangga dan kantor memang tidak lah mudah. Tapi kami tak tinggal diam, pasrah pada pola pikir ini kemudian menelan mentah apa yang menjadi opini publik bahwa wanita karir tak akan bisa bertanggung jawab dengan kehidupan rumah tangganya. Sebisa mungkin kami tepis rasa "tak mampu" itu. Kami ingin menunjukan bahwa wanita yang berasal dari tulang rusuk ini, tak berasal dari sembarang tulang. Kami berasal dari tulang seorang imam yang tak kenal lelah, bertanggung jawab dan menjadi panutan. Sehingga teramat malu jika kami hanya menjadi seorang wanita yang biasa saja, Kami ingin berbeda, kami bertekad besar untuk itu. Dan yang kami yakini adalah Pertolongan Tuhan sangatlah dekat dengan setiap hambanya yang memiliki keinginan besar.

Saat ini menikmati proses dari Nya dan selalu berusaha memperbaiki diri adalah menjadi kunci utama. Jika memang komit menjadi wanita berkualitas, tunjukkan. Mulai dengan skala prioritas dan tentunya mengkompromikan dengan sang partner hidup kelak. Bahwa menjadi wanita karir adalah bukan berarti tak bertanggung jawab dengan peran nya dirumah. 

Suatu saat nanti, kita akan berdiskusi kembali dan menjawab atas pertanyaan yang menjadi topik hangat pembicaraan kita malam ini sahabat.

Selamat malam.

Tidak ada komentar: